Kisi – Kisi Koalisi

14 April 2009

Pemilihan Legislatif sudah berjalan, walaupun masih carut marut dan jauh dari sempurna, tapi biarlah itu menjadi catatan tersendiri bagi sejarah bangsa ini serta bagi KPU sendiri. Sekarang waktunya menatap masa depan dan menjalaninya.

Salah satunya adalah menjelang Pemilihan Presiden, peta politik berubah dengan sangat drastisnya. Dengan perolehan suara di atas 20%, Partai Demokrat tentu dengan tingkat percaya diri yang lebih, akan ditempel oleh partai – partai gurem (yang hanya ingin ikut merasakan kue kekuasaan).

Ada beberapa skenario koalisi yang muncul, bila kita melihat prosentase suara dari hasil Pemilihan Legislatif sekarang. Yang terutama adalah Partai Demokrat akan bisa mencalonkan presiden sendiri, walaupun bila ingin mendapatkan kekuatan politik yang stabil harus butuh berkoalisi dengan partai lain. Kemudian partai besar lainnya yaitu PDIP dan Partai Golkar, mereka harus berjuang mencari teman politik untuk bisa membawa clon Presiden sendiri.

Bila kita mencermati beberapa pertemuan yang dilakukan oleh elite politik sebelum pemilihan Legislatif kemarin, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa minimal akan ada 2 calon Presiden nanti pada Pemilihan Presiden bulan Juli mendatang. Yaitu clon Presiden dari Partai Demokrat beserta Kroninya, serta calon Presiden dari PDIP dan teman – temannya. Mengapa hanya ada 2 calon Presiden ? karena bisa dipastikan partai besar seperti Golkar akan merapat pada salah satu dari partai besar lainnya. Saat ini Demokrat sudah didekati oleh PAN dan PPP, sedangkan PKS secara tidak langsung sudah “jatuh hati” dengan Demokrat dikarenakan ada deal “dibalik pintu”, kalau tidak salah adalah kursi RI-2. sedangkan PDIP sendiri sekarang sudah didekati oleh Gerindra dan Hanura.

Bila melihat pertemuan pertemuan politik akhir – akhir ini bisa dipastikan Golkar akan kembali menjadi pasangan (yang urun dicerai) oleh Demokrat. Sedangkan deal dengan PKS hanya turun harga dari RI-2 menjadi menteri saja. Tapi tidak dipungkiri bila yang merapat di Demokrat hanya JK dan konco – konconya saja sedangkan, jika memang nantinya Golkar dengan konvensi calon Presiden mampu memunculkan calon yang fresh yang mampu menaikkan pamor partai di mata rakyat Indonesia.

Sekali lagi peta politik yang berhubungan dengan koalisi sedang bergulir dengan kencang, kita lihat saja siapa yang akan mengambil langkah keliru (blunder) akan menikmatinya nanti. Pokoknya Nasionalis adalah yang terutama, jangan campur aduk agama dengan politik karena yang dihasilkan adalah kemunafikan semata.


Pemilu yang menegangkan

14 April 2009

Bukan secara iklim ataupun suasananya, melainkan KPU serta KPU daerah yang semakin mendekati hari H-nya semakin bisa dilihat kalau tidak siap sama sekali. Banyak masalah yang muncul ketika Pemilu kali ini akan digelar, bermula dari DPT, merembet ke logistik lalu juga ketidak sepahaman antar KPU pusat dan partai peserta Pemilu. Ada juga ketidak sepahaman antara KPU pusat dan daerah.
Contohnya ketika masalah DPT Jatim diperdengarkan kepada rakyat Indonesia, dengan sigap KPU menangkis seolah – olah masalah itu hanya lokal di Jatim saja. Kenyataannya hal itu malah menjadikan partai – partai waspada, mereka mulai mengorek – orek DPT di daerah masing – masing. Dan hasilnya ternyata banyak sekali terdapat DPT yang bermasalah.
Contoh lagi kekurangan logistik, sampai pada hari H minus 3, banyak daerah yang mengeluhkan kekurangan surat suara. Dan hal itu tidak hanya 100 – 200 surat suara, melainkan sampai ribuan kertas suara. Itu belum seberapa, ada beberapa penunjang Pemilihan yang juga belum tersedia, misalnya seperti bilik suara, ballpoint yang macet serta formulir – formulir lainnya.
Jika begitu timbul pertanyaan, ada apa dengan KPU ini? Apakah memang KPU tidak siap secara teknis / SDM / yuridis? Tentu saja jawabannya banyak sekali. Jika diliha dari sisi SDM tentu saja hal ini sangat mustahil, di KPU bercokol orang – orang yang ahli di bidangnya masing – masing, dan tentu saja mereka bukanlah orang yang awam dengan pekerjaan yang seabreg – abreg. Dari sisi teknis, hal ini berhubungan dengan banyak hal, seperti konsorsium percetakan dan lain – lainnya. Terus dari sisi yuridis, mereka telah memiliki pegangan atau dasar hukum yang kuat untuk menyelenggarakan Pemilu kali ini. Terus apa lagi yan kurang.
Ada pertanyaan yang menggelitik di hati kita jika ingin membandingkan antara KPU tahun 2004 dan KPU tahun 2009 ini, yaitu apa bedanya ? Jika KPU tahun 2004 banyak korupsinya tetapi logistik berjalan dengan baik, DPT tidak bermasalah serta sejalannya antara KPU pusat dan daerah terus mengapa KPU tahun 2009 ini yang bersih, memang belum dibuktikan sih, kok malah hampir semua menjadi kacau. Hal – hal yang prinsip menjadi masalah (DPT dan logistik).
Kita tunggu sampai dimana KPU ini berthan dengan maalah sebanyak ini, apakah sampai hari H nanti semua berjalan aman, baik dan terkendali. Ataukah Pemilu kali ini berjalan dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi.


Bravo buat Kepolisian

7 April 2009

Aparat kepolisian pada masa kampanye ini memang patut diasungi jempol, karena mereka denga tegas memperlihatkan bahwa mereka tidak akan main – main lagi degnan para simpatisan yang katanya sdang merayakan pesta rakyat ini.
Di media massa, terutama media elektronik, kita melihat kinerja kepolisian yang menilang para simpatisan saat mereka sedang berbondong –bondong ingin menghadiri kampanye terbuka / Rapat umum terbuka.
Dengan tanpa ampun aparat menghentikan arak – arakan kendaraan bermotor yang jumlahnya mungkin lebih banyak dari para personil kepolisian sendiri. Tapi tetap dengan semangat menegakkan hukum, para simpatisan itupun dituntut untuk menunjukkan surat kendaraan mereka. Apabila tidak bisa, maka sangsi yang sudah menunggu adalah tilang. Tidak berhenti pasa pemeriksaan surat saja, meliankan juga atribut kendaraan yang tidak lengkap juga menjadi sasaran pemeriksaan aparat.
Ini bisa menjadi shock therapy bagi para simpatisan partai yang inginugal – ugalan serta tidak lagi memperdulikan kenyamanan warga lainnya. Para simpatisan ini hanya ingin menunjukkan ke-arogansiannya sendiri, seolah-olah tidak ada yang berani ketika mereka sudah berteduh dibawah bendera partainya.
Lain halnya dengan kerusuhan di tiap kampanye/rapat umum terbuka, yang tentu saja sering terjadi. Dengan sigap aparat mampu menenangkan massa untuk tidak tersulut emosinya serta iklim damai dalam Pamilu kali ini bisa terbawa sampai akhir masa kampanye.
Salut sekali lagi bagi aparat. Semoga saja hal ini semakin ditingkatkan.