Pemilihan Legislatif sudah berjalan, walaupun masih carut marut dan jauh dari sempurna, tapi biarlah itu menjadi catatan tersendiri bagi sejarah bangsa ini serta bagi KPU sendiri. Sekarang waktunya menatap masa depan dan menjalaninya.
Salah satunya adalah menjelang Pemilihan Presiden, peta politik berubah dengan sangat drastisnya. Dengan perolehan suara di atas 20%, Partai Demokrat tentu dengan tingkat percaya diri yang lebih, akan ditempel oleh partai – partai gurem (yang hanya ingin ikut merasakan kue kekuasaan).
Ada beberapa skenario koalisi yang muncul, bila kita melihat prosentase suara dari hasil Pemilihan Legislatif sekarang. Yang terutama adalah Partai Demokrat akan bisa mencalonkan presiden sendiri, walaupun bila ingin mendapatkan kekuatan politik yang stabil harus butuh berkoalisi dengan partai lain. Kemudian partai besar lainnya yaitu PDIP dan Partai Golkar, mereka harus berjuang mencari teman politik untuk bisa membawa clon Presiden sendiri.
Bila kita mencermati beberapa pertemuan yang dilakukan oleh elite politik sebelum pemilihan Legislatif kemarin, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa minimal akan ada 2 calon Presiden nanti pada Pemilihan Presiden bulan Juli mendatang. Yaitu clon Presiden dari Partai Demokrat beserta Kroninya, serta calon Presiden dari PDIP dan teman – temannya. Mengapa hanya ada 2 calon Presiden ? karena bisa dipastikan partai besar seperti Golkar akan merapat pada salah satu dari partai besar lainnya. Saat ini Demokrat sudah didekati oleh PAN dan PPP, sedangkan PKS secara tidak langsung sudah “jatuh hati” dengan Demokrat dikarenakan ada deal “dibalik pintu”, kalau tidak salah adalah kursi RI-2. sedangkan PDIP sendiri sekarang sudah didekati oleh Gerindra dan Hanura.
Bila melihat pertemuan pertemuan politik akhir – akhir ini bisa dipastikan Golkar akan kembali menjadi pasangan (yang urun dicerai) oleh Demokrat. Sedangkan deal dengan PKS hanya turun harga dari RI-2 menjadi menteri saja. Tapi tidak dipungkiri bila yang merapat di Demokrat hanya JK dan konco – konconya saja sedangkan, jika memang nantinya Golkar dengan konvensi calon Presiden mampu memunculkan calon yang fresh yang mampu menaikkan pamor partai di mata rakyat Indonesia.
Sekali lagi peta politik yang berhubungan dengan koalisi sedang bergulir dengan kencang, kita lihat saja siapa yang akan mengambil langkah keliru (blunder) akan menikmatinya nanti. Pokoknya Nasionalis adalah yang terutama, jangan campur aduk agama dengan politik karena yang dihasilkan adalah kemunafikan semata.